Pink Bobblehead Bunny My First "Cerpen" in This Blog ^^ | Della Shin's Blog

Kamis, 19 Februari 2015

My First "Cerpen" in This Blog ^^

Diposting oleh Unknown di 05.42


 Annyeongg~ Kali ini gua mau minta saran judul buat ni cerpen. Kasian noh gapunya judul. Ini cerpen gua sendiri yang mbuat, jadi maklumin aja kalo gaje ye~ Sekali lagi, gua minta sarannye ye~
Ini tugas jurnalistik xD Buat Mading bulan Maret tema perjuangan. Jadi ini cerpen tema perjuangan :v 



 
“Aku sangat ingin bersekolah. Ya, sekolah. Tempat dimana kau akan duduk di kursi yang menghadap ke papan tulis dengan meja di depanmu sambil memperhatikan seseorang yang selalu memberimu tugas. Seseorang itu adalah dia yang sering kau sebut sebagai guru. Lalu menunggu bel berbunyi sehingga kau bisa pergi ke kantin untuk makan ataupun untuk bisa pulang ke rumah. Juga tempat untuk mendapat teman. Kau bisa bertemu dengan teman yang baik padamu bahkan sangat baik atau malah yang sebaliknya.”
Aku adalah seorang pemulung. Aku tinggal di bawah jembatan bersama ratusan ton tumpukan sampah. Percayalah! Udara di sini sungguh menyesakkan. Ayah dan ibuku juga sama sepertiku, mereka juga seorang pemulung. Setiap hari aku selalu bersama dengan sahabatku, Marko. Yang kami lakukan sehari-hari hanyalah mengumpulkan sesuatu yang bisa menghasilkan uang bagi kami. Atau ke tempat favorit kami, di sebuah pohon mangga dengan sebuah ayunan menggantung padanya.
Ketika itu kami sedang mengumpulkan barang-barang yang bagiku sangat berharga namun tidak untukmu. Barang itulah yang namanya sampah. Kami berkeliaran agak jauh dari biasanya. Di seberang dari lingkungan kumuh tempat tinggalku, aku melihat sebuah bangunan yang biasa mereka sebut dengan sekolah. Karena penasaran, aku pun mengintip dari jendela salah satu ruangan yang biasa disebut ruang kelas dengan berpijak kursi panjang. Disana ada seseorang yang sedang menulis di papan triplek berwarna putih yang bernama papan tulis sedangkan yang lain sibuk dengan buku yang ada di depan mereka. Di sampingku ada sebuah buku dan sebatang pulpen. Kutulis apa yang tertera di papan tulis itu, tulisanku jelek memang tapi tak apa.
“Adna, apa yang kau lakukan? Kau menulis?” tanya Marko dengan menatap barang yang ada di tanganku.
“Ya.” Jawabku singkat. Sangat singkat. Tiba-tiba terdengar bunyi bel istirahat. Marko segera menarik tanganku untuk bersembunyi. Setelah itu Marko mengajakku untuk pulang.
“Aku ingin bersekolah.” Gumamku saat perjalanan pulang.
“Apa katamu?” tanya Marko yang mendengar gumamanku tadi.
“Aku sangat ingin bersekolah.” Jawabku tegas ibarat mengucapkan janji.
“Tapi bagamaina caranya, Adna?” tanya Marko menyadarkanku. Marko benar, bagaimana caranya aku bersekolah?
“Emn.. Mungkin aku akan bekerja sambilan. Aku bisa bekerja menjadi tukang cat atau sebagai tukang antar barang? Marko, maukah kau membantuku mencarikanku lowongan pekerjaan?”
“Baiklah.” Jawab Marko spontan. Marko memang benar-benar sahabatku.
*~*
Bunyi gemericik air terdengar di telingaku. Sekarang bekerja sebagai tukang cuci piring di warteg yang tak jauh dari sekolah yang setiap hari ku datangi untuk ku intip seperti pertama kali. Sudah satu bulan dari saat pertama aku mengucapkan aku ingin bersekolah. Dari satu bulan itu aku sudah merasakan rasanya menjalani berbagai macam pekerjaan diantaranya menjadi tukang cuci piring, tukang cat, tukang antar barang. Memang sangat berat untuk anak 10 tahun sepertiku. Orang tuaku juga sudah memberiku izin untuk bersekolah, mereka juga ikut membantuku mengumpulkan uang.
Lima bulan kemudian, tahun ajaran baru akan dimulai. Kurasa uangku sudah cukup untuk membayar SPP selama beberapa bulan. Aku mencari sekolah dengan SPP termurah yang tak cukup jauh dari lingkungan tempat tinggalku. Setelah beberapa waktu mencari, akhirnya aku menemukannya, SD Nusa Bakti. Dengan ditemani Marko aku mendaftar di SD itu. Aku sudah memulai sekolahku pada tahun ajaran baru yang akan dimulai dua minggu lagi. Tiga puluh persen uangku sudah aku gunakan untuk membayar pendaftaran dan membeli berbagai perabotan seperti seragam, tas, sepatu, alat tulis, dan lain-lain.
“Ketika kau sudah mendapat teman. Jangan lupakan aku ya, Ad.” Gumam Marko kepadaku dengan pandangan kosong ke arahku.
“Haha.. Bagaimana bisa aku melupakanmu Marko? Kau adalah sahabatku. Percayalah! Aku tak akan bisa melupakanmu.” Jawabku sambil tersenyum.
            Dua minggu itu pun sudah berlalu. Hari ini aku harus sudah masuk sekolah. Dengan sepedaku yang sudah tua dan berkarat itu, aku berangkat ke sekolah baruku. Oh ya! Aku duduk di kelas 4. Ketika memasuki ruang kelas ada sebagian anak yang menatapku jijik karena bauku. Tetapi ada pula yang mentapku dengan pandangan bersahabat.
“Hai..” seseorang menyapaku.
“Hai juga.” Balasku kaku. Naluriku berkata bahwa dia adalah anak yang baik.
“Siapa namamu?” tanyanya ramah.
“Namaku Adna Cahyani. Lalu, siapa namamu?” aku balas bertanya. Nada bicara kami sudah mulai akrab.
“Namaku Erika Amore. Salam kenal Adna. Kau boleh duduk di sebelahku.” Tawarnya ramah.
            Bel masuk pun berbunyi. Seorang ibu guru pun masuk dan menyuruhku memperkenalkan diri. Ketika aku memperkenalkan diri berbagai respond  aku dapatkan.  Setelah itu aku duduk kembali ke bangkuku dan mengikuti pembelajaran. Beberapa saat  kemudian, bel istirahat berbunyi. Aku dan Erika pergi ke kantin.
“Hei kamu. Dasar bau! Kenapa pake sekolah disini?” bentak Talitha menancap tepat di telingaku.”
“Hehh.. Emang kenapa kalau Adna sekolah disini? Emang ini sekolah punya kakek lu?!” Andin membelaku.
“Sudahlah. Jangan ribut-ribut!” Erika melerai. Sejak saat itu Talitha dan teman-temannya selalu menggangguku.
Anehnya, aku bisa mengikuti pelajaran dengan sangat baik. Mengejutkan memang. Aku yang sebelumnya tidak mengikuti pembelajaran di kelas 1,2 dan 3 ini bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Aku juga mengikuti giat lomba-lomba. Kemarin aku baru saja terpilih untuk mewakili olimpiade matematika karena berhasil lulus test dan mengalahkan si juara sekolah.
*~*
“Ad, kapan punya waktu untukku? Setiap hari selalu sibuk dengan penelitian-penelitian di laboratoriummu itu!” cibir Marko lewat telepon.
“Ya maaf, Mar. Besok aku akan luangkan waktu untukmu.” Jawabku sambil tersenyum. Belum selesai aku berbicara dengan Marko, ada panggilan dari Erika.
“Ya sudah. Kita lanjutkan lain waktu ya, Mar. Ada telepon dari Erika nih.” Kuangkat telepon dari Erika.
 “ADNAAA... AKHIRNYA NOVELKU AKAN TERBIT BULAN DEPAN. Kau bisa datang saat launching novel ku kan? Ayolah ini launching novel pertamaku. Luangkanlah waktu untukku dari penelitian-penlitianmu itu!” rengek Erika dari telepon.
“Baiklah akan kuluangkan waktu untukmu, sahabatku” jawabku sambil tersenyum. Aku tahu Erika tak dapat melihat senyumku. Aku juga yakin Erika juga tersenyum di seberang sana.
-THE END-

1 komentar:

Unknown on 24 September 2015 pukul 15.30 mengatakan...

Cerpennya apik....
Saya kasih masukan judulnaya "Senyum untuk sahabat"

Ditunggu karya selanjutnya yaah....

Posting Komentar

 

Della Shin's Blog Copyright © 2015 Design by Della Sagita Dewi SMP N 1 Godean